Kurus

Siapa sih yang nggak pengen punya tubuh Kurus tapi tetap berotot? Kayaknya, ini jadi impian banyak orang, terutama mereka yang pengen tampil keren, sehat, dan percaya diri. Tapi sayangnya, ga jarang banget orang salah langkah, akhirnya punya badan yang kurus tapi ototnya hilang, malah jadi lemas dan nggak sehat.

Saya sendiri pernah ngalamin fase ini. Saat mau badly kurus, saya nggak sadar kalau banyak kesalahan yang saya buat. Hasilnya? Berat badan berkurang, tapi otot juga ikut hilang, karena salah pola makan dan latihan. Nah, dari pengalaman pribadi dan banyak cerita lain, saya ingin sharing tentang 7 kesalahan umum yang harus banget dihindari saat mau kurus tapi pengen tetap berotot. Yuk, kita bahas satu per satu!


1. Mengurangi Asupan Protein Secara Drastis

Kalau mau kurus sambil jaga otot, satu hal yang nggak boleh terlupakan adalah asupan protein. Banyak orang berpikir, kalau mau langsing, harus mengurangi makan daging, telur, dan sumber protein lain. Tapi, justru ini salah besar.

Padahal, protein adalah bahan utama pembangun otot. Kalau asupan protein terlalu rendah, tubuh nggak punya bahan untuk memperbaiki jaringan otot yang rusak saat latihan. Akibatnya, otot yang seharusnya tetap kuat dan berisi malah terdegradasi, dan bentuk tubuh jadi Kurus serta lemas.

Contohnya, saat saya mulai mengurangi makan daging secara ekstrem, otot terasa mulai melemah dan badan jadi lemas. Setelah saya pelajari lagi, ternyata saya harus menjaga asupan protein tetap tinggi, minimal 1,6-2,2 gram per kg berat badan, bahkan saat sedang defisit kalori.

Solusi:
Tetap konsumsi sumber protein yang berkualitas seperti dada ayam, ikan, telur, tahu, tempe, dan susu whey. Dengan begitu, otot tetap terjaga, dan badan tetap berisi walau berat badan turun.


2. Fokus Hanya Pada Cardio Tanpa Latihan Beban

Sering banget orang, khususnya yang mau cepat langsing, cuma melakukan cardio saja: lari, treadmill, atau sepeda. Memang, cardio membantu membakar kalori dan mengurangi lemak, tapi kalau nggak disertai latihan beban atau resistance training, otot malah bisa hilang.

Bayangin, kamu lakukan marathon setiap hari tapi nggak pernah angkat beban. Badan kamu akhirnya kayak gelondongan, gak bercantik dan lemas. Kalau mau tetap berotot saat kurus, latihan kekuatan adalah kuncinya. Ini yang kadang terlupakan.

Saya sendiri dulu, selama tiga bulan cuma cardio dan nggak pernah latihan angkat beban. Pas badan kelihatan kurus banget, tapi otot jadi hilang dan badan jadi”small but weak”. Setelah itu, saya mulai masukin latihan beban, dan hasilnya keren banget: badan tetap langsing, tapi otot tetap berisi dan kekar.

Tips:
Gabungkan cardio 3-4 kali seminggu dengan latihan kekuatan 2-3 kali. Keluarin keringat, tapi juga bangun otot.


3. Mengabaikan Istirahat dan Pemulihan

Sering banget, saat sedang semangat ingin cepat kurus dan berotot, kita justru mengabaikan waktu istirahat. Padahal, tidur dan pemulihan adalah bagian penting dari proses pembentukan tubuh ideal.

Tanpa tidur cukup, hormon pertumbuhan dan testosteron – yang berperan besar dalam membangun otot – tidak bekerja optimal. Akibatnya, proses perbaikan jaringan otot terganggu, dan hasilnya malah otot nggak berkembang maksimal.

Saya pernah mengalami masa-masa di mana latihan sudah rajin, tapi hasilnya biasa saja. Setelah saya pelajari lagi, ternyata saya tidur cuma 5 jam setiap malam. Setelah saya tambah jam tidur, baru deh otot mulai tumbuh dan badan makin berisi.

Ingat:
Tidur minimal 7-8 jam per hari, dan jangan lupa recovery setelah latihan keras. Jangan takut istirahat, karena itu bagian dari proses.


4. Mengonsumsi Suplemen Secara Berlebihan

Ada anggapan keliru kalau cuma dengan minum suplemen aja badan langsung jadi keren. Padahal, ini salah besar. Banyak orang membeli suplemen sayur dan protein berlimpah tanpa mengimbanginya dengan pola makan sehat dan latihan rutin.

Suplemen memang membantu, tapi bukan solusi utama. Kalau salah konsumsi atau terlalu berlebihan, malah jadi membebani ginjal dan hati. Bahkan, beberapa suplemen bisa menyebabkan penumpukan cairan atau gangguan hormonal kalau nggak sesuai aturan.

Contohnya, ada yang beli suplemen whey protein secara berlebihan dengan harapan otot langsung besar. Tapi, kalau asupan protein harian kurang, ya percuma. Apalagi, tanpa olahraga yang konsisten, hasilnya bisa sia-sia.

Solusi:
Gunakan suplemen hanya sebagai pelengkap jika pola makan dan latihan sudah tepat. Konsultasikan dulu ke ahlinya.


5. Kurang Konsisten dan Tidak Sabar

Hampir semua orang ingin hasil cepat. Tapi, nyata di lapangan, proses membentuk tubuh langsing berotot butuh waktu. Banyak yang nyerah di tengah jalan karena hasilnya tidak instan.

Saya sendiri pernah, kayaknya latihan sehari aja, tapi hasilnya nggak kunjung terlihat. Waktu demi waktu, saya sadar kalau disiplin dan sabar itu kunci utama. Perubahan besar nggak datang dalam semalam, perlu konsistensi dan komitmen.

Contohnya, teman saya yang rutin latihan selama 6 bulan dan tetap disiplin menjaga pola makan, akhirnya baru bisa melihat perubahan nyata di badan. Jadi, jangan gampang menyerah.

Pesan:
Buat target kecil dan nikmati prosesnya. Sedikit demi sedikit, hasil akan terlihat.


6. Mengabaikan Asupan Lemak Sehat

Sering banget, orang yang mau kurus tapi takut makan lemak. Padahal, lemak sehat seperti alpukat, kacang-kacangan, minyak zaitun, dan ikan ber omega-3 nggak bikin gemuk, kok. Sebaliknya, penting banget dalam proses pembentukan otot dan mempercepat metabolisme.

Lemak sehat membantu produksi hormon testosteron dan hormon lain yang berperan dalam membangun otot dan membakar lemak. Kalau terlalu mengurangi lemak, bisa jadi produksi hormon terganggu dan metabolisme ikut melambat.

Saya pernah waktu diet, terlalu menghindari lemak, tubuh jadi lemas dan energi cepat habis. Setelah saya tambah konsumsi lemak sehat, badan kembali bugar dan otot pun tetap terjaga.

Saran:
Konsumsi lemak sehat secara terkendali, dan tetap perhatikan kalori secara keseluruhan ya.


7. Tidak Mengukur dan Memonitor Kemajuan

Banyak orang nggak pernah ngecek progress secara rutin. Mungkin cuma ikut latihan, lalu berharap badan langsing dan berotot dalam waktu cepat. Tapi, tanpa pencatatan, sulit tahu apa yang berhasil dan perlu diperbaiki.

Alat sederhana seperti timbangan, measuring tape, dan foto progress bisa membantu. Dengan monitor, kamu bisa tahu apakah program yang dilakukan sudah tepat atau perlu disesuaikan.

Saya sendiri, mulai mencatat badan dan berat badan setiap minggu. Setelah dua bulan, barulah saya tahu apa yang perlu diubah dan apa yang bekerja baik.

Pesan:
Tracking kemajuan bikin motivasi tetap tinggi dan proses lebih terpadu.


Ingin kurus tapi tetap berotot bukan hal yang mustahil, asalkan kita tahu dan menghindari kesalahan-kesalahan umum di atas. Dengan pola makan yang seimbang, latihan terprogram, disiplin, dan sabar, hasil yang diinginkan pasti bisa dicapai.

Ingat, setiap perjalanan membentuk tubuh ideal itu unik dan butuh waktu. Jangan tergiur iming-iming hasil instan yang justru bikin sakit di kemudian hari. Tetap belajar, evaluasi, dan tingkatkan latihan secara konsisten.

Kalau kamu sudah pernah mengalami salah satu dari kesalahan ini, share pengalaman kamu di komentar yuk! Atau kalau mau tanya-tanya soal fitness dan pola makan, aku siap bantu. Jangan lupa share artikel ini ke teman-teman yang lagi berjuang buat body goals-nya!

Recommended Posts

Leave A Comment